Minggu, 15 Maret 2009
Kamis, 12 Maret 2009
Orang Beragama Lebih Tenang Hadapi Stress
Otak orang-orang yang relijius terbukti lebih tenang bila menghadapi situasi yang tidak pasti dan memiliki tingkat stres yang lebih rendah saat mengalami kesalahan ketimbang orang-orang yang tidak mempercayai agama. Ini kesimpulan sebuah studi di Kanada yang mempelajari hubungan antara penganut agama dan aktivitas otak.
"Orang-orang relijius atau mereka yang percaya pada Tuhan terbukti memiliki tingkat stres atau kecemasan yang lebih rendah setelah melakukan kesalahan," ujar Michael Inzlicht, profesor psikologi University of Toronto.
Studi ini melibatkan kelompok kecil orang-orang yang percaya pada Tuhan dan tidak percaya dari berbagai latar belakang agama, termasuk umat Islam, Kristen, Hindu, dan Budha.
Para peserta diminta untuk mengisi kuesioner agama tentang keyakinan mereka terhadap Tuhan dan tingkat keimanan mereka. Lalu, mereka diminta untuk mengerjakan tugas Stroop, sebuah tes psikologi yang mengukur waktu reaksi selama menjalankan berbagai tugas seperti mengenali warna dengan cepat.
Pada tubuh setiap responden dipasang elektroda yang mengukur aktivitas di wilayah otak yang disebut anterior cingulate cortex (ACC). ACC berfungsi untuk mengendalikan emosi dan membantu orang untuk memodifikasi perilaku saat mengalami sebuah kejadian yang memicu kecemasan seperti saat melakukan kesalahan.
"Bagian ini akan terganggu saat Anda melakukan kesalahan atau dihadapkan pada situasi dimana Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan," jelas Inzlicht.
Penelitian menunjukkan aktivitas ACC pada orang yang relijius lebih rendah bila dibandingkan pada mereka yang tidak percaya pada Tuhan. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak terlalu cemas saat melakukan kesalahan selama tes.
Semakin kuat tingkat keimanan dan keyakinan pada Tuhan, semakin rendah aktivitas ACC sebagai respons atas kesalahan yang mereka lakukan sendiri.
Ini menunjukkan adanya korelasi antara keyakinan agama dan aktivitas otak. Namun begitu, para ahli masih belum mengetahui alasan yang tepat. Sekalipun peneliti menduga bahwa orang-orang yang relijius memiliki tujuan yang lebih besar ketimbang diri mereka sendiri khususnya kehidupan setelah kematian. [iol/www.hidayatullah.com]
Selasa, 17 Februari 2009
Rabu, 28 Januari 2009
PFM
PFM ini dilaksanakan dari mulai tanggal 5 Januari 2009 dan berakhir tanggal 18 Januari 2009.
Diikui oleh kurang lebih 153 siswa dan siswi tingkat 2 SMKN 2 Cimahi dari Jurusan Multimedia hingga Mekatronika.
- Pelatihan PBB ( Baris-Berbaris)
- Pemberian materi dari para pembina, seperti materi "Wawasan Dunia Industri", "Komunikasi", "Kesehatan dan keselematan kerja", "Mental ideologi", "Akhlakul Karimah", "Kerja kooperaif dan kolaboratif" dan masih banyak lagi.
- Pendidikan jasmani seperti senam aerobik dan lari kampus
- Latihan Snapling atau turun tebing
- Renang ketangkasan
- Cross Country
- Dan ditutup dengan kegiatan kemping
Penutupan PFM
diri saya pribadi . PFM melatih saya lebih disiplin, terampil, cekatan, belajar lebih kuat, tidak mudah
mengeluh dan menyerah , tidak mudah sakit, berani, meningkatkan kerjasama sesama teman, juga menumbuhkan jiwa kebersamaan , dan juga lebih menghargai waktu.
Tak hanya itu, PFM juga membuat saya menambah banyak teman dan mempererat tali silaturahmi diantara kami semua siswa SMKN 2 Cimahi,
Saya berharap PFM tak dianggap sebagai angin lalu, tapi pelajaran yang kita dapatkan dalam PFM harus dijadikan pegangan untuk menghadapi masa depan kita.